Diriwayatkan dari Anas ra., ia berkata: Ketika perang Uhud kaum Muslim berlarian meninggalkan Nabi saw. Abu Thalhah sedang berada di depan Nabi saw., melindungi beliau dengan perisainya. Abu Thalhah adalah seorang pemanah yang sangat cepat lemparannya. Pada saat itu ia mampu menangkis dua atau tiga busur panah. Kemudian ada seorang lelaki yang lewat. Ia membawa setumpuk tombak kemudian berkata, “Aku akan menebarkannya untuk Abi Thalhah”. Kemudian Nabi saw. beralih ke pinggir melihat orang-orang. Maka Abu Thalhah berkata, “Ya Nabiyullah, demi bapak dan ibuku, engkau jangan minggir, nanti panah orang-orang akan mengenaimu. Biarkan aku yang berkorban jangan engkau….” (Mutafaq 'alaih)
Qais berkata: Aku melihat tangan Abu Thalhah menjadi lumpuh, karena dengan tangannya itulah ia telah menjaga Nabi saw. pada saat perang Uhud. (HR. Bukhari)
Dalam hadits yang diriwayatkan dari Ka’ab bin Malik ketika menceritakan tiga orang sahabat yang tidak ikut perang Tabuk. Ka’ab berkata:
Sehingga ketika masa pemboikotan berupa pengasinganku dari orang-orang itu berlangsung lama maka aku berjalan hingga aku menaiki dinding pagar Abi Qatadah. Dia adalah anak pamanku dan orang yang paling aku cintai. Kemudian aku mengucapkan salam kepadanya. Demi Allah, ia tidak menjawab salamku. Maka aku berkata, “Wahai Abi Qatadah! Aku bersumpah kepadamu dengan nama Allah, apakah engkau mengetahui bahwa aku sangat mencintai Allah dan Rasul-Nya.” Ia diam. Maka aku kembali kepadanya dan aku bersumpah lagi kepadanya tapi ia tetap diam. Kemudian aku kembali lagi dan bersumpah lagi kepadanya, maka akhirnya ia berkata, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Maka bercucuranlah air mata dari kedua mataku, kemudian aku pergi hingga aku memanjat dindingnya. (Mutafaq 'alaih)
Dari Sahal bin Saad ra., bahwa Rasulullah saw. bersabda pada Khaibar:
Berkata kepadaku Qutaibah bin Said, berkata kepadaku Ya’kub bin Abdurrahman dari Abu Hazim, ia berkata; Sahal bin Sa’ad ra. telah memberitahukan kepadaku bahwa Rasulullah saw. bersabda pada perang Khaibar, “Aku akan memberikan panji ini kepada seorang lelaki yang di atas tangannya Allah akan memberikan kemenangan. Ia telah mencintai Allah dan Rasul-Nya, Allah dan Rasul-Nya pun mencintainya.” Berkata Sahal Bin Sa’ad, “Maka orang-orang pun pergi untuk tidur dan mereka bertanya-tanya di dalam hati mereka, siapakah di antara mereka yang akan diberikan panji oleh Rasulullah saw.” Ketika tiba waktu subuh, maka orang-orang ramai menghadap Rasulullah saw. Semuanya berharap agar diberi panji oleh Rasululah saw. Maka Rasul bersabda, “Di manakah Ali bin Abi Thalib?” Dikatakan kepada Rasul, “Ia sedang sakit mata, Ya Rasulullah!” Kemudian orang-orang pun mengutus seorang sahabat untuk membawa Ali bin Abi Thalib ke hadapan Rasulullah saw. Kemudian Rasulullah saw. meludahi kedua matanya dan berdoa untuknya, maka sembuhlah ia hingga seolah-olah ia belum pernah sakit sebelumnya. Kemudian Rasul memberikan panji itu kepada Ali bin Abi Thalib. Lalu Ali berkata, “Ya Rasulallah!, aku akan memerangi mereka sampai mereka bisa seperti kita (memeluk Islam).” Kemudian Rasullah saw. bersabda, “Berangkatlah perlahan-lahan hingga engkau berdiri di halaman mereka, kemudian ajaklah mereka kepada Islam dan kabarkan kepada mereka hak Allah yang merupakan kewajiban mereka. Maka demi Allah, sungguh jika Allah memberikan petunjuk kepada seorang manusia karena engkau, hal itu lebih baik bagi engkau daripada unta merah.” (Mutafaq 'alaih)