indonesia malaysia bersaudara

indonesia malaysia bersaudara
indonesia & malaysia

google Translate

Powered By Blogger

rss feed

Friday 31 May 2013

KECINTAAN SAHABAT TERHADAP RASULLAH SAW (NABI MUHAMMAD SAW)

                                     
Para sahabat Rasulullah saw sangat bersungguh-sungguh untuk menerapkan kewajiban mencintai Allah dan RAsul-Nya. Mereka senantiasa berlomba untuk mendapatkan kemuliaan ini karena ingin termasuk golongan orang-orang yang dicintai Allah dan Rasul-Nya. Ada banyak sekali riwayat yang membuktikan kecintaan sahabat kepad Rasulullah saw, diantaranya:

Diriwayatkan dari Anas ra., ia berkata: Ketika perang Uhud kaum Muslim berlarian meninggalkan Nabi saw. Abu Thalhah sedang berada di depan Nabi saw., melindungi beliau dengan perisainya. Abu Thalhah adalah seorang pemanah yang sangat cepat lemparannya. Pada saat itu ia mampu menangkis dua atau tiga busur panah. Kemudian ada seorang lelaki yang lewat. Ia membawa setumpuk tombak kemudian berkata, “Aku akan menebarkannya untuk Abi Thalhah”. Kemudian Nabi saw. beralih ke pinggir melihat orang-orang. Maka Abu Thalhah berkata, “Ya Nabiyullah, demi bapak dan ibuku, engkau jangan minggir, nanti panah orang-orang akan mengenaimu. Biarkan aku yang berkorban jangan engkau….” (Mutafaq 'alaih)



Qais berkata: Aku melihat tangan Abu Thalhah menjadi lumpuh, karena dengan tangannya itulah ia telah menjaga Nabi saw.  pada saat perang Uhud. (HR. Bukhari)

Dalam hadits yang diriwayatkan dari Ka’ab bin Malik ketika menceritakan tiga orang sahabat yang tidak ikut perang Tabuk. Ka’ab berkata:

Sehingga ketika masa pemboikotan berupa pengasinganku dari orang-orang itu berlangsung lama maka aku berjalan hingga aku menaiki dinding pagar Abi Qatadah. Dia adalah anak pamanku dan orang yang paling aku cintai. Kemudian aku mengucapkan salam kepadanya. Demi Allah, ia tidak menjawab salamku. Maka aku berkata, “Wahai Abi Qatadah! Aku bersumpah kepadamu dengan nama Allah, apakah engkau mengetahui bahwa aku sangat mencintai Allah dan Rasul-Nya.” Ia diam. Maka aku kembali kepadanya dan aku bersumpah lagi kepadanya tapi ia tetap diam. Kemudian aku kembali lagi dan bersumpah lagi kepadanya, maka akhirnya ia berkata, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Maka bercucuranlah air mata dari kedua mataku, kemudian aku pergi hingga aku memanjat dindingnya. (Mutafaq 'alaih)

Dari Sahal bin Saad ra., bahwa Rasulullah saw. bersabda pada Khaibar:

Berkata kepadaku Qutaibah bin Said, berkata kepadaku Ya’kub bin Abdurrahman dari Abu Hazim, ia berkata; Sahal bin Sa’ad ra. telah memberitahukan kepadaku bahwa Rasulullah saw. bersabda pada perang Khaibar, “Aku akan memberikan panji ini kepada seorang lelaki yang di atas tangannya Allah akan memberikan kemenangan. Ia telah mencintai Allah dan Rasul-Nya, Allah dan Rasul-Nya pun mencintainya.” Berkata Sahal Bin Sa’ad, “Maka orang-orang pun pergi untuk tidur dan mereka bertanya-tanya di dalam hati mereka, siapakah di antara mereka yang akan diberikan panji oleh Rasulullah saw.” Ketika tiba waktu subuh, maka orang-orang ramai menghadap Rasulullah saw. Semuanya berharap agar diberi panji oleh Rasululah saw. Maka Rasul bersabda, “Di manakah Ali bin Abi Thalib?” Dikatakan kepada Rasul, “Ia sedang sakit mata, Ya Rasulullah!” Kemudian orang-orang pun mengutus seorang sahabat untuk membawa Ali bin Abi Thalib ke hadapan Rasulullah saw. Kemudian Rasulullah saw. meludahi kedua matanya dan berdoa untuknya, maka sembuhlah ia hingga seolah-olah ia belum pernah sakit sebelumnya. Kemudian Rasul memberikan panji itu kepada Ali bin Abi Thalib. Lalu Ali berkata, “Ya Rasulallah!, aku akan memerangi mereka sampai mereka bisa seperti kita (memeluk Islam).” Kemudian Rasullah saw. bersabda, “Berangkatlah perlahan-lahan hingga engkau berdiri di halaman mereka, kemudian ajaklah mereka kepada Islam dan kabarkan kepada mereka hak Allah yang merupakan kewajiban mereka. Maka demi Allah, sungguh jika Allah memberikan petunjuk kepada seorang manusia karena engkau, hal itu lebih baik bagi engkau daripada unta merah.” (Mutafaq 'alaih)

PENANGKAL KESYIRIKAN .

Allah berfirman: "Dan Al Qur'an ini telah diwahyukan kepadaku seraya dengannya aku menjelaskan kepada kalian dan kepada orang-orang yang yang sampai Al Qur'an (kepadanya). Apakah kalian mengakui ada tuhan-tuhan lain selain Allah? Katakanlah: "Aku tidak mengakui". Katakanlah: "Sesungguhnya Dia Tuhan Yang Maha Esa dan sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allah)" (Al An'am: 19).

Allah berfirman: "Mereka menjadikan pendeta-pendeta dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih Putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan" (At Taubah: 31).

Allah berfirman: "Janganlah kalian mengatakan: '(Tuhan itu) tiga', berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak." (An Nisa: 171)

Allah berfirman: "Apakah mereka mengambil Tuhan-tuhan dari bumi, yang dapat menghidupkan (orang-orang mati)? Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah kedua¬nya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mem¬punyai Arsy dari pada apa yang mereka sifatkan. Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan mereka-lah yang akan ditanyai. Apakah mereka mengambil Tuhan-tuhan selain-Nya? Katakanlah: 'Tunjukkanlah hujjahmu! Al Qur'an ini adalah peringatan bagi orang-orang yang bersamaku, dan peringatan bagi orang-orang sebelumku' Sebenarnya kebanyakan mereka tidak mengetahui yang hak, karena itu mereka berpal¬ing. Dan kami mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan kami wahyukan kepadanya: 'Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah Aku olehmu sekalian" (Al Anbiya': 21-25).

Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. bahwa Nabi saw. mengutus Mu'adz Bin Jabal ke Yaman, dan dari Umaiyah Bin Yahya bahwa dia mendengar Abu Ma'bad Musa Bin Abbas berkata: 'Aku mendengar Ibnu Abbas berkata: 'Ketika Nabi mengutus Mu'adz ke Yaman beliau bersabda kepadanya:

"Kamu akan mendatangi suatu kaum, dari ahli kitab. Maka, yang pertama kali harus kamu serukan kepada mereka adalah agar mereka mengesakan Allah SWT. Bila mereka sudah menger¬ti hal itu, beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan mereka mengerjakan sholat lima waktu.."

Dengan dalil ini jelaslah, bahwa kewajiban pertama yang harus dilakukan seorang muslim dalam mengemban dakwah Islam adalah mengajak kepada 'tauhidullah' (pengesaan Allah). Setelah itu baru mengajak kepada hukum-hukum Allah. Adalah juga jelas, bahwa pernyataan yang mengatakan Allah mempunyai anak adalah tindakan penyekutuan kepada Allah, sebagaimana pernyataan bahwa ada Tuhan lain selain Allah. Juga merupakan kepastian, bahwa argumentasi tentang pengesaan Allah adalah argumentasi aqli, bukan argumentasi sam'i (naqli). Adapun dalil-dalil sam'i dalam Kitab dan Sunah tentang pengesaan Allah adalah pengukuhan terhadap dalil yang telah ditetapkan oleh akal. Sekaligus menjelaskan makna pengesaan Allah tersebut. Juga meskipun Islam adalah agama tauhid, sedangkan agama-agama yang lain tidak. Sebab, Yahudi menyatakan: "Uzair anak Allah", itu jelas syirik. Dan Nasrani menyatakan: "Al Masih anak Allah", itu pun jelas syirik. Sedangkan agama-agama paganisme lain nampak jelas kesyirikannya tidak berarti bahwa 'tauhid' tersebut hanya diturunkan kepada Nabi Muhammad, dan tidak kepada nabi-nabi yang lain. Ajaran 'tauhid' tersebut diturunkan kepada semua nabi. Dan tidak satu pun nabi, melainkan membawa ketauhidan. Firman Allah:


UJIAN DALAM HIDUP muslim.

   Ujian yang diberikan oleh Allah SWT kepada hamba-Nya yang muslim bisa berupa
dua hal: ujian yang berbentuk musibah dan ujian kenikmatan. Sering kali yang
pertama disebut oleh manusia sebagai ujian yang buruk dan yang kedua disebut
sebagai ujian yang baik. Namun, pada hakikatnya keduanya merupakan ujian dari
Allah. Keduanya memiliki potensi yang sama. Jika lulus menghadapinya akan
mendapatkan pahala dari Allah SWT.
Bagi orang yang beriman, sebenarnya ada rumus umum tentang ujian itu. Bahwa
seorang yang lebih kokoh keimanannya akan mendapatkan ujian yang lebih berat.
Dengan mudah kita bisa menganalogikan bahwa ujian murid SD lebih mudah
daripada ujian murid SMP. Sama halnya UAS BN bagi SMU lebih sulit daripada
UAS BN bagi siswa SMP. Kaidah itu berlaku dalam ujian hidup bagi seorang
mukmin; semakin besar keimanan, semakin berat ujiannya.
Rasulullah SAW pernah menjawab pertanyaan Saad bin Abi Waqash mengenai
tingkatan ujian itu.                                                                                                 

TAUHID

Tauhid dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :                                                                                                    Tauhid Al Ma'rifat wal Itsbat (Pengenalan dan Penetapan) yang mengandung 2 tauhid yaitu
  • Tauhid Rububiyah yaitu mengenal Allah melalui perbuatan-Nya.
  • Tauhid Asma wa Sifat yaitu mengenal Allah melalui nama dan sifat-Nya.
Tauhid Al Irodi Ath Tholabi yaitu tauhid yang diinginkan dan dituntut, disebut juga tauhid uluhiyah. Akan tetapi seiring semakin jauhnya umat Islam dari ajaran agama, sehingga banyak terjadi penyimpangan keyakinan di dalam nama dan sifat Allah, maka Tauhid Asma wa Sifat disebutkan secara khusus. Sehingga Tauhid dibagi menjadi 3 :                                                               Tauhid Rububiyah Yaitu mentauhidkan Allah dalam perbuatan-Nya, seperti mencipta, menguasai, memberikan rizki, mengurusi makhluk, dll yang semuanya hanya Allah semata yang mampu. Dan semua orang meyakini adanya Rabb yang menciptakan, menguasai, dll. Kecuali orang atheis yang berkeyakinan tidak adanya Rabb. Diantara penyimpangan yang lain yaitu kaum Zoroaster yang meyakini adanya Pencipta Kebaikan dan Pencipta Kejelekan, hal ini juga bertentanga dengan aqidah yang lurus.Tauhid Uluhiyah Mentauhidkan Allah dalam perbuatan-perbuatan yang dilakukan hamba. Yaitu mengikhlaskan ibadah kepada Allah, yang mencakup berbagai macam ibadah seperti : tawakal, nadzar, takut, khosyah, pengharapan, dll. Tauhid inilah yang membedakan umat Islam dengan kaum musyrikin. Jadi seseorang belum cukup untuk mentauhidkan Allah dalam perbuatan-Nya (Tauhid Rububiyah) tanpa menyertainya dengan mengikhlaskan semua ibadah hanya kepada-Nya (Tauhid Uluhiyah). Karena orang musyrikin dulu juga meyakini bahwa Allah yang mencipta dan mengatur, tetapi hal tersebut belum cukup memasukkan mereka ke dalam Islam. Tauhid inilah yang menjadi inti pembahasan dari Kitab Tauhid, oleh karena itu penulis memberikan judul "Kitab Tauhid yang merupakan hak Allah terhadap hamba-Nya". Judul ini diambil dari perkataan Rasulullah terhadap Muadz bin Jabbal di atas keledai, "Tahukah engkau apa hak Allah terhadap hamba-Nya, dan apa hak hamba terhadap Allah ?", Muadz bin Jabbal, "Allah dan Rasulnya yang lebih mengetahui", Hak Allah kepada hambanya yaitu agar hamba beribadah mentauhidkan Allah dan tidak menyekutukan Allah.                                                                              Tauhid Asma Wa Sifat Mengimani dan menetapkan apa yang sudah ditetapkan Allah di dalam Al Quran dan oleh Nabi-Nya di dalam hadits mengenai nama dan sifat Allah tanpa merubah makna, mengingkari, mendeskripsikan bentuk/cara, dan memisalkan. Untuk pembahasan yang lebih lengkap bisa merujuk ke beberapa kitab diantaranya Aqidah Washithiyah, Qowaidul Mutsla, dll. Apabila ketiga tauhid di atas ada yang tidak lengkap, maka seorang hamba bisa berkurang imannya atau bahkan telah keluar dari Islam. Syirk Lawan tauhid adalah syirk, yaitu menjadikan sesuatu mempunyai sekutu dalam suatu urusan. Maka barang siapa yang telah syirk, maka dia telah menjadikan sekutu bagi Allah di dalam melaksanakan ibadah.