indonesia malaysia bersaudara

indonesia malaysia bersaudara
indonesia & malaysia

google Translate

Powered By Blogger

rss feed

Friday 31 May 2013

KECINTAAN SAHABAT TERHADAP RASULLAH SAW (NABI MUHAMMAD SAW)

                                     
Para sahabat Rasulullah saw sangat bersungguh-sungguh untuk menerapkan kewajiban mencintai Allah dan RAsul-Nya. Mereka senantiasa berlomba untuk mendapatkan kemuliaan ini karena ingin termasuk golongan orang-orang yang dicintai Allah dan Rasul-Nya. Ada banyak sekali riwayat yang membuktikan kecintaan sahabat kepad Rasulullah saw, diantaranya:

Diriwayatkan dari Anas ra., ia berkata: Ketika perang Uhud kaum Muslim berlarian meninggalkan Nabi saw. Abu Thalhah sedang berada di depan Nabi saw., melindungi beliau dengan perisainya. Abu Thalhah adalah seorang pemanah yang sangat cepat lemparannya. Pada saat itu ia mampu menangkis dua atau tiga busur panah. Kemudian ada seorang lelaki yang lewat. Ia membawa setumpuk tombak kemudian berkata, “Aku akan menebarkannya untuk Abi Thalhah”. Kemudian Nabi saw. beralih ke pinggir melihat orang-orang. Maka Abu Thalhah berkata, “Ya Nabiyullah, demi bapak dan ibuku, engkau jangan minggir, nanti panah orang-orang akan mengenaimu. Biarkan aku yang berkorban jangan engkau….” (Mutafaq 'alaih)



Qais berkata: Aku melihat tangan Abu Thalhah menjadi lumpuh, karena dengan tangannya itulah ia telah menjaga Nabi saw.  pada saat perang Uhud. (HR. Bukhari)

Dalam hadits yang diriwayatkan dari Ka’ab bin Malik ketika menceritakan tiga orang sahabat yang tidak ikut perang Tabuk. Ka’ab berkata:

Sehingga ketika masa pemboikotan berupa pengasinganku dari orang-orang itu berlangsung lama maka aku berjalan hingga aku menaiki dinding pagar Abi Qatadah. Dia adalah anak pamanku dan orang yang paling aku cintai. Kemudian aku mengucapkan salam kepadanya. Demi Allah, ia tidak menjawab salamku. Maka aku berkata, “Wahai Abi Qatadah! Aku bersumpah kepadamu dengan nama Allah, apakah engkau mengetahui bahwa aku sangat mencintai Allah dan Rasul-Nya.” Ia diam. Maka aku kembali kepadanya dan aku bersumpah lagi kepadanya tapi ia tetap diam. Kemudian aku kembali lagi dan bersumpah lagi kepadanya, maka akhirnya ia berkata, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Maka bercucuranlah air mata dari kedua mataku, kemudian aku pergi hingga aku memanjat dindingnya. (Mutafaq 'alaih)

Dari Sahal bin Saad ra., bahwa Rasulullah saw. bersabda pada Khaibar:

Berkata kepadaku Qutaibah bin Said, berkata kepadaku Ya’kub bin Abdurrahman dari Abu Hazim, ia berkata; Sahal bin Sa’ad ra. telah memberitahukan kepadaku bahwa Rasulullah saw. bersabda pada perang Khaibar, “Aku akan memberikan panji ini kepada seorang lelaki yang di atas tangannya Allah akan memberikan kemenangan. Ia telah mencintai Allah dan Rasul-Nya, Allah dan Rasul-Nya pun mencintainya.” Berkata Sahal Bin Sa’ad, “Maka orang-orang pun pergi untuk tidur dan mereka bertanya-tanya di dalam hati mereka, siapakah di antara mereka yang akan diberikan panji oleh Rasulullah saw.” Ketika tiba waktu subuh, maka orang-orang ramai menghadap Rasulullah saw. Semuanya berharap agar diberi panji oleh Rasululah saw. Maka Rasul bersabda, “Di manakah Ali bin Abi Thalib?” Dikatakan kepada Rasul, “Ia sedang sakit mata, Ya Rasulullah!” Kemudian orang-orang pun mengutus seorang sahabat untuk membawa Ali bin Abi Thalib ke hadapan Rasulullah saw. Kemudian Rasulullah saw. meludahi kedua matanya dan berdoa untuknya, maka sembuhlah ia hingga seolah-olah ia belum pernah sakit sebelumnya. Kemudian Rasul memberikan panji itu kepada Ali bin Abi Thalib. Lalu Ali berkata, “Ya Rasulallah!, aku akan memerangi mereka sampai mereka bisa seperti kita (memeluk Islam).” Kemudian Rasullah saw. bersabda, “Berangkatlah perlahan-lahan hingga engkau berdiri di halaman mereka, kemudian ajaklah mereka kepada Islam dan kabarkan kepada mereka hak Allah yang merupakan kewajiban mereka. Maka demi Allah, sungguh jika Allah memberikan petunjuk kepada seorang manusia karena engkau, hal itu lebih baik bagi engkau daripada unta merah.” (Mutafaq 'alaih)

PENANGKAL KESYIRIKAN .

Allah berfirman: "Dan Al Qur'an ini telah diwahyukan kepadaku seraya dengannya aku menjelaskan kepada kalian dan kepada orang-orang yang yang sampai Al Qur'an (kepadanya). Apakah kalian mengakui ada tuhan-tuhan lain selain Allah? Katakanlah: "Aku tidak mengakui". Katakanlah: "Sesungguhnya Dia Tuhan Yang Maha Esa dan sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allah)" (Al An'am: 19).

Allah berfirman: "Mereka menjadikan pendeta-pendeta dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih Putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan" (At Taubah: 31).

Allah berfirman: "Janganlah kalian mengatakan: '(Tuhan itu) tiga', berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak." (An Nisa: 171)

Allah berfirman: "Apakah mereka mengambil Tuhan-tuhan dari bumi, yang dapat menghidupkan (orang-orang mati)? Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah kedua¬nya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mem¬punyai Arsy dari pada apa yang mereka sifatkan. Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan mereka-lah yang akan ditanyai. Apakah mereka mengambil Tuhan-tuhan selain-Nya? Katakanlah: 'Tunjukkanlah hujjahmu! Al Qur'an ini adalah peringatan bagi orang-orang yang bersamaku, dan peringatan bagi orang-orang sebelumku' Sebenarnya kebanyakan mereka tidak mengetahui yang hak, karena itu mereka berpal¬ing. Dan kami mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan kami wahyukan kepadanya: 'Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah Aku olehmu sekalian" (Al Anbiya': 21-25).

Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. bahwa Nabi saw. mengutus Mu'adz Bin Jabal ke Yaman, dan dari Umaiyah Bin Yahya bahwa dia mendengar Abu Ma'bad Musa Bin Abbas berkata: 'Aku mendengar Ibnu Abbas berkata: 'Ketika Nabi mengutus Mu'adz ke Yaman beliau bersabda kepadanya:

"Kamu akan mendatangi suatu kaum, dari ahli kitab. Maka, yang pertama kali harus kamu serukan kepada mereka adalah agar mereka mengesakan Allah SWT. Bila mereka sudah menger¬ti hal itu, beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan mereka mengerjakan sholat lima waktu.."

Dengan dalil ini jelaslah, bahwa kewajiban pertama yang harus dilakukan seorang muslim dalam mengemban dakwah Islam adalah mengajak kepada 'tauhidullah' (pengesaan Allah). Setelah itu baru mengajak kepada hukum-hukum Allah. Adalah juga jelas, bahwa pernyataan yang mengatakan Allah mempunyai anak adalah tindakan penyekutuan kepada Allah, sebagaimana pernyataan bahwa ada Tuhan lain selain Allah. Juga merupakan kepastian, bahwa argumentasi tentang pengesaan Allah adalah argumentasi aqli, bukan argumentasi sam'i (naqli). Adapun dalil-dalil sam'i dalam Kitab dan Sunah tentang pengesaan Allah adalah pengukuhan terhadap dalil yang telah ditetapkan oleh akal. Sekaligus menjelaskan makna pengesaan Allah tersebut. Juga meskipun Islam adalah agama tauhid, sedangkan agama-agama yang lain tidak. Sebab, Yahudi menyatakan: "Uzair anak Allah", itu jelas syirik. Dan Nasrani menyatakan: "Al Masih anak Allah", itu pun jelas syirik. Sedangkan agama-agama paganisme lain nampak jelas kesyirikannya tidak berarti bahwa 'tauhid' tersebut hanya diturunkan kepada Nabi Muhammad, dan tidak kepada nabi-nabi yang lain. Ajaran 'tauhid' tersebut diturunkan kepada semua nabi. Dan tidak satu pun nabi, melainkan membawa ketauhidan. Firman Allah:


UJIAN DALAM HIDUP muslim.

   Ujian yang diberikan oleh Allah SWT kepada hamba-Nya yang muslim bisa berupa
dua hal: ujian yang berbentuk musibah dan ujian kenikmatan. Sering kali yang
pertama disebut oleh manusia sebagai ujian yang buruk dan yang kedua disebut
sebagai ujian yang baik. Namun, pada hakikatnya keduanya merupakan ujian dari
Allah. Keduanya memiliki potensi yang sama. Jika lulus menghadapinya akan
mendapatkan pahala dari Allah SWT.
Bagi orang yang beriman, sebenarnya ada rumus umum tentang ujian itu. Bahwa
seorang yang lebih kokoh keimanannya akan mendapatkan ujian yang lebih berat.
Dengan mudah kita bisa menganalogikan bahwa ujian murid SD lebih mudah
daripada ujian murid SMP. Sama halnya UAS BN bagi SMU lebih sulit daripada
UAS BN bagi siswa SMP. Kaidah itu berlaku dalam ujian hidup bagi seorang
mukmin; semakin besar keimanan, semakin berat ujiannya.
Rasulullah SAW pernah menjawab pertanyaan Saad bin Abi Waqash mengenai
tingkatan ujian itu.                                                                                                 

TAUHID

Tauhid dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :                                                                                                    Tauhid Al Ma'rifat wal Itsbat (Pengenalan dan Penetapan) yang mengandung 2 tauhid yaitu
  • Tauhid Rububiyah yaitu mengenal Allah melalui perbuatan-Nya.
  • Tauhid Asma wa Sifat yaitu mengenal Allah melalui nama dan sifat-Nya.
Tauhid Al Irodi Ath Tholabi yaitu tauhid yang diinginkan dan dituntut, disebut juga tauhid uluhiyah. Akan tetapi seiring semakin jauhnya umat Islam dari ajaran agama, sehingga banyak terjadi penyimpangan keyakinan di dalam nama dan sifat Allah, maka Tauhid Asma wa Sifat disebutkan secara khusus. Sehingga Tauhid dibagi menjadi 3 :                                                               Tauhid Rububiyah Yaitu mentauhidkan Allah dalam perbuatan-Nya, seperti mencipta, menguasai, memberikan rizki, mengurusi makhluk, dll yang semuanya hanya Allah semata yang mampu. Dan semua orang meyakini adanya Rabb yang menciptakan, menguasai, dll. Kecuali orang atheis yang berkeyakinan tidak adanya Rabb. Diantara penyimpangan yang lain yaitu kaum Zoroaster yang meyakini adanya Pencipta Kebaikan dan Pencipta Kejelekan, hal ini juga bertentanga dengan aqidah yang lurus.Tauhid Uluhiyah Mentauhidkan Allah dalam perbuatan-perbuatan yang dilakukan hamba. Yaitu mengikhlaskan ibadah kepada Allah, yang mencakup berbagai macam ibadah seperti : tawakal, nadzar, takut, khosyah, pengharapan, dll. Tauhid inilah yang membedakan umat Islam dengan kaum musyrikin. Jadi seseorang belum cukup untuk mentauhidkan Allah dalam perbuatan-Nya (Tauhid Rububiyah) tanpa menyertainya dengan mengikhlaskan semua ibadah hanya kepada-Nya (Tauhid Uluhiyah). Karena orang musyrikin dulu juga meyakini bahwa Allah yang mencipta dan mengatur, tetapi hal tersebut belum cukup memasukkan mereka ke dalam Islam. Tauhid inilah yang menjadi inti pembahasan dari Kitab Tauhid, oleh karena itu penulis memberikan judul "Kitab Tauhid yang merupakan hak Allah terhadap hamba-Nya". Judul ini diambil dari perkataan Rasulullah terhadap Muadz bin Jabbal di atas keledai, "Tahukah engkau apa hak Allah terhadap hamba-Nya, dan apa hak hamba terhadap Allah ?", Muadz bin Jabbal, "Allah dan Rasulnya yang lebih mengetahui", Hak Allah kepada hambanya yaitu agar hamba beribadah mentauhidkan Allah dan tidak menyekutukan Allah.                                                                              Tauhid Asma Wa Sifat Mengimani dan menetapkan apa yang sudah ditetapkan Allah di dalam Al Quran dan oleh Nabi-Nya di dalam hadits mengenai nama dan sifat Allah tanpa merubah makna, mengingkari, mendeskripsikan bentuk/cara, dan memisalkan. Untuk pembahasan yang lebih lengkap bisa merujuk ke beberapa kitab diantaranya Aqidah Washithiyah, Qowaidul Mutsla, dll. Apabila ketiga tauhid di atas ada yang tidak lengkap, maka seorang hamba bisa berkurang imannya atau bahkan telah keluar dari Islam. Syirk Lawan tauhid adalah syirk, yaitu menjadikan sesuatu mempunyai sekutu dalam suatu urusan. Maka barang siapa yang telah syirk, maka dia telah menjadikan sekutu bagi Allah di dalam melaksanakan ibadah.  

Thursday 28 March 2013

BUKTI ALLAH SWT ITU ADA di AGAMA ISLAM DAN KRISTEN

السلام عليكم . بِسْــــــــــــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم
الحمد لله رب العا لمين . الصلاة و السلام على رسو ل الله .اما بعد
                         Kaum kufar tak henti-hentinya mencoba melemahkan generasi muslim, salah satunya dengan menyebarkan ajaran Atheis yaitu tidak percaya Tuhan. Padahal pelajaran ini sudah didapat saat kita masih duduk di Taman Kanak-Kanak. Untuk menyegarkan ingatan kita & juga meningkatkan serta berbagi ilmu dengan yang belum tahu, mari kita mengulas sekilas tentang bukti adanya Tuhan.
Tahun 1877 pembangunan menara eifel di prancis dimulai dan membutuhkan waktu 26 tahun untuk menyelesaikannya. Tentu saja, sebelum membangun diperlukan RANCANGAN / PLAN / DESIGN agar bangunan tampak baik, kuat, kokoh & tidak mudah rusak. Berat seluruh bangunan mencapai 9000 ton, sedangkan Tinggi menara eifel 321 meter dan merupakan bangunan tertinggi buatan manusia selama 40 tahun.
                        RANCANGAN / PLAN / DESIGN menara eifel ini mencontoh / meniru dari RANCANGAN / PLAN / DESIGN tulang paha manusia yang kecil tapi mampu menahan berat tubuh manusia yang jauh lebih berat dari berat tulang paha.
Tidak mungkin menara eifel menjadi ada secara tidak disengaja atau tanpa RANCANGAN / PLAN / DESIGN, menara eifel pasti telah dirancang oleh seseorang sehingga hasilnya seimbang, bagus, kokoh seperti kita lihat.
Keanekaragaman makhluk hidup baik berupa hewan berorganisme sel 1 maupun ber-sel banyak, berbagai jenis tumbuhan, manusia. Jumlah hewan jauh lebih besar dari jumlah manusia, kesemua jenis hewan & tumbuhan ini memiliki rancangan yang sangat rumit dan sama sekali berbeda antara satu dengan lainnya, sehingga manusia yang memiliki akal pun tidak dapat menirunya. Kembali pada menara, bangunan, kendaraan yang megah, maka semua ini pasti dirancang oleh manusia.
Manusia pun hanya dapat meniru RANCANGAN / PLAN / DESIGN alam yang telah ada,     RANCANGAN / PLAN / DESIGN hasil manusia pun tidak dapat sempurna seperti RANCANGAN / PLAN / DESIGN Allah.
Contoh: Manusia membuat helicopter dengan meniru rancangan & gerak terbang pada capung (Dragon Fly), akan tetapi kemampuan terbang helicopter jauh di bawah kemampuan terbang capung (Dragon Fly).
Contoh: Manusia meniru rancangan tangan manusia untuk membuat Robot Tangan, tapi kemampuan robot tangan masih jauh dibawah kemampuan tangan manusia itu sendiri.
Elang memiliki mata tajam bersudut pandang 300° & dapat memperbesar (Zoom) target sebanyak 6-8x lebih besar dari penglihatan awal. Saat terbang di ketinggian 4300 meter, elang dapat memantau 30.000 hektar wilayah disekelilingnya. Dari ketinggian 1500 meter, elang dapat melihat gerakan atau perbedaan warna terkecil sekalipun untuk menentukan letak mangsanya.
Daya lihat yang tajam ini diakibatkan banyaknya sel kerucut peka cahaya di retina matanya. Sel-sel tersebut mengumpulkan cahaya dan mengirimkan informasi ke otak. Sementara sel kerucut pada manusia jauh lebih sedikit dibanding elang. Tentunya semua ini telah DIRANCANG / DI-DESIGN oleh Allah Sang Pencipta.
         QS. 11 Huud:56. Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. TIDAK ADA SUATU BINATANG MELATAPUN MELAINKAN ALLAH-LAH YANG MEMEGANG UBUN-UBUNNYA. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus.
Manusia dapat meniru rancangan pada lumba-lumba dan kerang apung untuk diterapkan pada kapal selam, dan meniru cangkang kerang laut untuk membuat porselein, atau meniru RANCANGAN / PLAN / DESIGN lainnya ciptaan Allah, tapi tetap rancangan Allah jauh lebih baik dibanding rancangan manusia.
Contoh: Keramik Porselain buatan manusia hanya dapat dibuat dengan suhu antara 1000°-1500° Celcius, sedangkan kerang laut hanya memerlukan suhu 4° Celcius untuk membuat Porselain yang daya kekuatannya lebih kuat dan lebih tahan pecah dibanding keramik Porselain buatan manusia.
Terlebih lagi, jika keramik porselain buatan manusia itu jatuh & pecah, maka keramik porselain tersebut tidak dapat memperbaiki dirinya yang pecah, sedang kerang laut mempunyai sistem kerja yang luar biasa sehingga mampu memperbaharui bagian kerang yang rusak.
Apakah keramik Porselain ada dengan sendirinya tanpa RANCANGAN / PLAN / DESIGN manusia? Bagaimana dengan RANCANGAN / PLAN / DESIGN cangkang kerang laut yang dapat memperbaiki sendiri jika pecah serta jauh lebih kuat, lebih indah warna, lebih indah bentuknya dibanding buatan manusia? Siapa Yang Mencipta-nya?
Manusia memang dapat membuat tiruan komposit untuk bahan Polimer & Polisiklat yang dapat memperbarui diri jika rusak, tetapi komposit tiruan buatan manusia jauh lebih lemah dibanding apa yang ada di alam. Kita ambil 1 contoh dari banyak contoh saja yaitu pada kulit buaya.
RANCANGAN / PLAN / DESIGN yang sempurna pada hewan, manusia dan alam ini menunjukan tanda-tanda Kekuasaan Allah sebagaimana diungkapkan dalam Al-Qur’an:
QS. 45 Al-Jaatsiyah:4 Dan pada penciptakan kamu dan pada binatang-binatang yang melata yang bertebaran terdapat tanda-tanda untuk kaum yang meyakini.
               Bagaimana dengan RANCANGAN / PLAN / DESIGN yang ada pada jutaan jenis Hewan lainnya diseluruh muka bumi ini yang memiliki RANCANGAN / PLAN / DESIGN yang berbeda antara satu jenis hewan dan satu jenis hewan lainnya?
               Apakah semua ini hanya ada dan terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja?
Dalam QS.2: 164. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; SUNGGUH TANDA-TANDA BAGI KAUM YANG MEMIKIRKAN.
Otak manusia tersusun oleh rata-rata sekitar 10.000.000.000.000 syaraf, syaraf-syaraf ini terhubungkan antara 1 sama lain melalui 100.000.000.000 sambungan. Jumlah 100.000.000.000 ialah jumlah yang jauh diluar pemahaman kita. Semua pesan ke otak dan dari otak bergerak dengan kecepatan yang sangat mengejutkan yakni 320 Km/jam.
Sel-sel syaraf penghubung otak dan bagian tubuh lainnya menyerupai jalan bebas hambatan (highway toll free) yang mengangkut informasi antara tubuh dan otak. Setiap saat, tubuh kita ialah saksi dari lalu lintas yang sangat sibuk & padat didalamnya. Ribuan kegiatan berbeda saling datang & pergi dari otak hanya dalam kurun waktu 1 detik saja. Antara 100.000 sampai 1.000.000 reaksi kimia terjadi didalam otak kita hanya dalam waktu 1 menit saja.
Bahkan saat saudara membaca tulisan ini, ratusan pesan sedang keluar masuk antara otak & otot saudara setiap 0,001 detik. Ratusan pesan ini meliputi informasi tentang apa yang saudara lihat, membaca, memikirkan dan memahami apa yang saudara baca, detak jantung, kegiatan nafas, berkedipnya mata, pertumbuhan rambut kepala, penciuman aroma, pendengaran telinga.
Untuk menjelaskan rincian 1 kegiatan yang dilakukan oleh otak, saudara memerlukan berlembar-lembar halaman untuk menerangkan rumus kimia. Bagaimana jika 100.000 kegiatan dalam 1 detik? Berapa juta lembar yang saudara perlukan untuk menulis semuanya dalam 1 detik saja?
1 kesalahan saja dalam rumus kimia ini maka akan berakibat tidak seimbangnya kegiatan tubuh saudara. Namun Allah telah menciptakan manusia secara sempurna, dan sebagai balasan, hendaklah kita bersyukur pada Allah yang telah menciptakan & memberi kita nikmat yang tak dapat dihitung oleh manusia.
Dapatkah kita membuat susunan kabel elektrik yang berjumlah 10.000.000.000.000 tanpa sedikitpun “

kemuliaan sahabat nabi muhammad saw abu bakar asshidiq

Imam Bukhari rahimahullah membuat bab di dalam Kitab Fadha’il ash-Shahabah [Fath al-Bari Juz 7 hal. 15] dengan judul ‘Bab; Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tutuplah pintu-pintu -di dinding masjid- kecuali pintu Abu Bakar.” Di dalamnya beliau menyebutkan sebuah riwayat dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu’anhu. Untuk lebih jelasnya, marilah kita simak penuturan Imam Bukhari tersebut.
Imam Bukhari berkata:
Abdullah bin Muhammad menuturkan kepada kami. [Dia berkata]: Abu ‘Amir menuturkan kepada kami. Dia berkata: Fulaih menuturkan kepada kami. Dia berkata: Salim Abu Nazhar menuturkan kepadaku dari Busr bin Sa’id dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu’anhu, beliau berkata:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah kepada orang-orang (para sahabat). Beliau mengatakan, “Sesungguhnya Allah memberikan tawaran kepada seorang hamba; antara dunia dengan apa yang ada di sisi-Nya. Ternyata hamba itu lebih memilih apa yang ada di sisi Allah.”
Beliau -Abu Sa’id- berkata: “Abu Bakar pun menangis. Kami merasa heran karena tangisannya. Tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitakan ada seorang hamba yang diberikan tawaran. Ternyata yang dimaksud hamba yang diberikan tawaran itu adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Memang, Abu Bakar adalah orang yang paling berilmu di antara kami.”
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling berjasa kepadaku dengan ikatan persahabatan dan dukungan hartanya adalah Abu Bakar. Seandainya aku boleh mengangkat seorang Khalil -kekasih terdekat- selain Rabb-ku niscaya akan aku jadikan Abu Bakar sebagai Khalil-ku. Namun, cukuplah -antara aku dengan Abu Bakar- ikatan persaudaraan dan saling mencintai karena Islam. Dan tidak boleh ada satu pun pintu yang tersisa di [dinding] masjid ini kecuali pintu Abu Bakar.”
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya, di Kitab Fadha’il ash-Shahabah (lihat Syarh Nawawi Juz 8 hal. 7-8)
Berikut ini pelajaran-pelajaran yang bisa dipetik dari hadits di atas. Kami sarikan dari keterangan al-Hafizh Ibnu Hajar dan Imam an-Nawawi. Semoga bermanfaat.
  1. Hadits ini mengandung keistimewaan yang sangat jelas pada diri Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu’anhu yang tidak ditandingi oleh siapapun -di antara para sahabat-. Hal itu disebabkan beliau berhak mendapat predikat Khalil -kekasih terdekat- bagi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kalaulah bukan karena faktor penghalang yang disebutkan oleh Nabi di atas (lihat Fath al-Bari [7/17 dan 19])
  2. Abu Bakar radhiyallahu’anhu mengetahui bahwa seorang hamba yang diberikan tawaran tersebut adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh sebab itu beliau pun menangis karena sedih akan berpisah dengannya, terputusnya wahyu, dan akibat lain yang akan muncul setelahnya (lihat Syarh Nawawi [8/7])
  3. Hadits ini menunjukkan bahwa semestinya masjid dijaga agar tidak menjadi seperti jalan tempat berlalu-lalangnya manusia kecuali dalam kondisi darurat yang sangat penting (lihat Fath al-Bari [7/19])
  4. Para ulama itu memiliki pemahaman yang bertingkat-tingkat. Setiap orang yang lebih tinggi pemahamannya maka ia layak untuk disebut sebagai a’lam (orang yang lebih tahu) (lihat Fath al-Bari [7/19])
  5. Hadits ini mengandung motivasi untuk lebih memilih pahala akhirat daripada perkara-perkara dunia (lihat Fath al-Bari [7/19])
  6. Hendaknya seorang berterima kasih kepada orang lain yang telah berbuat baik kepadanya dan menyebutkan keutamaannya (lihat Fath al-Bari [7/19])
Saudaraku… Kita bisa melihat bersama bagaimana zuhudnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap dunia. Kecintaan kepada akhirat dan kerinduan untuk bertemu dengan Allah jauh lebih beliau utamakan daripada kesenangan dunia.
Kita juga bisa melihat bersama bagaimana kedalaman ilmu Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu’anhu terhadap hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sehingga ilmu itupun terserap dengan cepat ke dalam hatinya dan membuat air matanya meleleh. Beliau sangat menyadari bahwa kehadiran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di tengah-tengah para sahabat laksana lentera yang menerangi perjalanan hidup mereka. Nikmat hidayah yang dicurahkan kepada mereka melalui bimbingan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah di atas segala-galanya.
Kita pun bisa menarik kesimpulan bahwa dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berjalan dengan bantuan dan dukungan para sahabatnya. Beliau -dengan kedudukan beliau yang sangat agung- tidaklah berdakwah sendirian. Terbukti pengakuan beliau terhadap jasa-jasa Abu Bakar yang sangat besar kepadanya. Tentu saja yang beliau maksud bukan semata-mata bantuan Abu Bakar untuk kepentingan pribadi beliau, akan tetapi demi kemaslahatan umat yang itu tak lain adalah dalam rangka dakwah dan berjihad di jalan Allah.
Hadits ini juga menunjukkan betapa agungnya kedudukan Abu Bakar di mata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang melebihi sahabat-sahabat yang lain. Sehingga sangat keliru pemahaman sekte Syi’ah yang menjelek-jelekkan bahkan sampai mengkafirkan beliau.
Hadits ini pun menggambarkan keluhuran akhlak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap para sahabatnya. Bagaimana beliau dengan tanpa malu-malu mengakui keutamaan Abu Bakar radhiyallahu’anhu. Padahal, kedudukan Abu Bakar tentu saja berada di bawah kedudukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Meskipun demikian, beliau menyebutkan jasanya dan menyanjungnya di hadapan para sahabat yang lain.
Hadits ini juga menunjukkan bahwa memuji orang di hadapannya diperbolehkan selama orang tersebut tidak dikhawatirkan ujub karenanya. Hadits ini juga menunjukkan keutamaan Abu Bakar dari sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap memujinya di hadapannya dan di hadapan para sahabat yang lain. Hal itu mengisyaratkan kepada kita bahwa Abu Bakar bukanlah termasuk kategori orang yang dikhawatirkan merasa ujub setelah mendengar pujian tersebut.
Hadits ini juga menunjukkan bahwa kecintaan yang terpendam di dalam hati pasti akan membuahkan pengaruh pada gerak-gerik fisik manusia. Kecintaan yang sangat dalam pada diri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap Abu Bakar pun tampak dari ucapan dan perbuatan beliau. Kalau kita mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam maka konsekuensinya kita pun mencintai orang yang beliau cintai. Dan di antara orang yang beliau cintai, bahkan yang paling beliau cintai adalah Abu Bakar radhiyallahu’anhu. Kecintaan yang berlandaskan Islam dan persaudaraan seagama. Lantas ajaran apakah yang justru mengajarkan kita untuk membenci orang-orang yang paling dicintai oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kalau bukan ajaran kesesatan?!

Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi
Artikel www.muslim.or.id

Imam Bukhari rahimahullah membuat bab di dalam Kitab Fadha’il ash-Shahabah [Fath al-Bari Juz 7 hal. 15] dengan judul ‘Bab; Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tutuplah pintu-pintu -di dinding masjid- kecuali pintu Abu Bakar.” Di dalamnya beliau menyebutkan sebuah riwayat dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu’anhu. Untuk lebih jelasnya, marilah kita simak penuturan Imam Bukhari tersebut.
Imam Bukhari berkata:
Abdullah bin Muhammad menuturkan kepada kami. [Dia berkata]: Abu ‘Amir menuturkan kepada kami. Dia berkata: Fulaih menuturkan kepada kami. Dia berkata: Salim Abu Nazhar menuturkan kepadaku dari Busr bin Sa’id dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu’anhu, beliau berkata:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah kepada orang-orang (para sahabat). Beliau mengatakan, “Sesungguhnya Allah memberikan tawaran kepada seorang hamba; antara dunia dengan apa yang ada di sisi-Nya. Ternyata hamba itu lebih memilih apa yang ada di sisi Allah.”
Beliau -Abu Sa’id- berkata: “Abu Bakar pun menangis. Kami merasa heran karena tangisannya. Tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitakan ada seorang hamba yang diberikan tawaran. Ternyata yang dimaksud hamba yang diberikan tawaran itu adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Memang, Abu Bakar adalah orang yang paling berilmu di antara kami.”
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling berjasa kepadaku dengan ikatan persahabatan dan dukungan hartanya adalah Abu Bakar. Seandainya aku boleh mengangkat seorang Khalil -kekasih terdekat- selain Rabb-ku niscaya akan aku jadikan Abu Bakar sebagai Khalil-ku. Namun, cukuplah -antara aku dengan Abu Bakar- ikatan persaudaraan dan saling mencintai karena Islam. Dan tidak boleh ada satu pun pintu yang tersisa di [dinding] masjid ini kecuali pintu Abu Bakar.”
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya, di Kitab Fadha’il ash-Shahabah (lihat Syarh Nawawi Juz 8 hal. 7-8)
Berikut ini pelajaran-pelajaran yang bisa dipetik dari hadits di atas. Kami sarikan dari keterangan al-Hafizh Ibnu Hajar dan Imam an-Nawawi. Semoga bermanfaat.
  1. Hadits ini mengandung keistimewaan yang sangat jelas pada diri Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu’anhu yang tidak ditandingi oleh siapapun -di antara para sahabat-. Hal itu disebabkan beliau berhak mendapat predikat Khalil -kekasih terdekat- bagi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kalaulah bukan karena faktor penghalang yang disebutkan oleh Nabi di atas (lihat Fath al-Bari [7/17 dan 19])
  2. Abu Bakar radhiyallahu’anhu mengetahui bahwa seorang hamba yang diberikan tawaran tersebut adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh sebab itu beliau pun menangis karena sedih akan berpisah dengannya, terputusnya wahyu, dan akibat lain yang akan muncul setelahnya (lihat Syarh Nawawi [8/7])
  3. Hadits ini menunjukkan bahwa semestinya masjid dijaga agar tidak menjadi seperti jalan tempat berlalu-lalangnya manusia kecuali dalam kondisi darurat yang sangat penting (lihat Fath al-Bari [7/19])
  4. Para ulama itu memiliki pemahaman yang bertingkat-tingkat. Setiap orang yang lebih tinggi pemahamannya maka ia layak untuk disebut sebagai a’lam (orang yang lebih tahu) (lihat Fath al-Bari [7/19])
  5. Hadits ini mengandung motivasi untuk lebih memilih pahala akhirat daripada perkara-perkara dunia (lihat Fath al-Bari [7/19])
  6. Hendaknya seorang berterima kasih kepada orang lain yang telah berbuat baik kepadanya dan menyebutkan keutamaannya (lihat Fath al-Bari [7/19])
Saudaraku… Kita bisa melihat bersama bagaimana zuhudnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap dunia. Kecintaan kepada akhirat dan kerinduan untuk bertemu dengan Allah jauh lebih beliau utamakan daripada kesenangan dunia.
Kita juga bisa melihat bersama bagaimana kedalaman ilmu Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu’anhu terhadap hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sehingga ilmu itupun terserap dengan cepat ke dalam hatinya dan membuat air matanya meleleh. Beliau sangat menyadari bahwa kehadiran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di tengah-tengah para sahabat laksana lentera yang menerangi perjalanan hidup mereka. Nikmat hidayah yang dicurahkan kepada mereka melalui bimbingan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah di atas segala-galanya.
Kita pun bisa menarik kesimpulan bahwa dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berjalan dengan bantuan dan dukungan para sahabatnya. Beliau -dengan kedudukan beliau yang sangat agung- tidaklah berdakwah sendirian. Terbukti pengakuan beliau terhadap jasa-jasa Abu Bakar yang sangat besar kepadanya. Tentu saja yang beliau maksud bukan semata-mata bantuan Abu Bakar untuk kepentingan pribadi beliau, akan tetapi demi kemaslahatan umat yang itu tak lain adalah dalam rangka dakwah dan berjihad di jalan Allah.
Hadits ini juga menunjukkan betapa agungnya kedudukan Abu Bakar di mata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang melebihi sahabat-sahabat yang lain. Sehingga sangat keliru pemahaman sekte Syi’ah yang menjelek-jelekkan bahkan sampai mengkafirkan beliau.
Hadits ini pun menggambarkan keluhuran akhlak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap para sahabatnya. Bagaimana beliau dengan tanpa malu-malu mengakui keutamaan Abu Bakar radhiyallahu’anhu. Padahal, kedudukan Abu Bakar tentu saja berada di bawah kedudukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Meskipun demikian, beliau menyebutkan jasanya dan menyanjungnya di hadapan para sahabat yang lain.
Hadits ini juga menunjukkan bahwa memuji orang di hadapannya diperbolehkan selama orang tersebut tidak dikhawatirkan ujub karenanya. Hadits ini juga menunjukkan keutamaan Abu Bakar dari sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap memujinya di hadapannya dan di hadapan para sahabat yang lain. Hal itu mengisyaratkan kepada kita bahwa Abu Bakar bukanlah termasuk kategori orang yang dikhawatirkan merasa ujub setelah mendengar pujian tersebut.
Hadits ini juga menunjukkan bahwa kecintaan yang terpendam di dalam hati pasti akan membuahkan pengaruh pada gerak-gerik fisik manusia. Kecintaan yang sangat dalam pada diri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap Abu Bakar pun tampak dari ucapan dan perbuatan beliau. Kalau kita mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam maka konsekuensinya kita pun mencintai orang yang beliau cintai. Dan di antara orang yang beliau cintai, bahkan yang paling beliau cintai adalah Abu Bakar radhiyallahu’anhu. Kecintaan yang berlandaskan Islam dan persaudaraan seagama. Lantas ajaran apakah yang justru mengajarkan kita untuk membenci orang-orang yang paling dicintai oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kalau bukan ajaran kesesatan?!

Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi
Artikel www.muslim.or.id

Tiga Wasiat Penting nabi muhammad saw


rasullah saw
عَنْ أَبِي ذَرّ جُنْدُبْ بْنِ جُنَادَةَ وَأَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ مُعَاذ بْن جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
Dari Abu Dzar, Jundub bin Junadah dan Abu Abdurrahman, Mu’az bin Jabal radhiallahuanhuma dari Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam beliau bersabda : “Bertakwalah kepada Allah dimana saja kamu berada, iringilah keburukan dengan kebaikan niscaya menghapusnya dan pergauilah manusia dengan akhlak yang baik “
                                                Takhrij hadis
Hadits ini hasan. Diriwayatkan oleh : Ahmad (V/153, 158, 177), at-Tirmidzi (no. 1987), ad-Darimi (II/323), dan al-Hâkim (I/54) dari seorang shahabat Rasulullah yang bernama Abu Dzar al-Ghifâri Radhiallahu’anhu. Diriwayatkan juga oleh Ahmad (V/236); ath-Thabrani dalam al-Mu’jamul Kabîr (XX/296, 297, 298) dan dalam al-Mu’jamush Shaghîr (I/192), dan Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliyâ‘ (IV/418, no. 6058) dari Shahabat Mu’adz bin Jabal Radhiallahu’anhu. Hadits ini dihukumi hasan oleh Imam at-Tirmidzi, an-Nawawi dalam al-Arba’în dan Riyâdush Shâlihîn, dan Muhammad Nashiruddin al-Albani dalam Shahîh al-Jâmi’ish Shâghîr no. 97.
                               Penjelasan hadis
Hadits yang mulia ini berisi wasiat berharga dari Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam kepada kita semua dalam mengarungi kehidupan dunia ini. Wasiat ini berhubungan dengan hubungan kita kepada Allah, diri sendiri dan orang lain. Setiap kita mesti akan berhubungan dengan sang pencipta kita dan ini dapat diwujudkan dengan benar hanya dengan takwa kepadaNya disetiap saat. Juga setiap kita akan berhubungan dengan diri sendiri sebagai insan yang tidak luput dari kesalahan dan dosa, maka caranya adalah dengan mengiringi kesalahan dan dosa dengan taubat yang merupakan amalan sholih dan kebajikan yang dapat menghapus dosa kesalahan tersebut. Sehingga bila seorang berbuat dosa maka segera mengiringinya dengan taubat dan menambah amal kebaikan yang dapat menghapusnya. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan laksanakanlah shalat pada kedua ujung siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam. Perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan” (Qs Hûd/11: 114).